RENCANA INDUK KAMPUS UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2017 - 2037

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN

4.1 Strategi Pengembangan Tridharma: Tridharma yang Terintegrasi dengan Konten yang Relevan dan Kontributif

Perubahan konteks memaksa institusi pendidikan tinggi untuk menyesuaikan diri dengan mengupayakan perubahan internal. Perubahan tersebut mencakup semua aspek utama terkait implementasi pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang populer dengan istilah Tridharma sebagai core pendidikan tinggi. Perubahan implementasi Tridharma tidak hanya menyasar level teknis, tetapi juga strategis.

Implementasi Tridharma saat ini perlu dikoreksi karena tidak sejalan dengan perubahan konteks. Hingga kini Tridharma cederung diposisikan secara terpisah, tersekat-sekat, dan tidak setara. Seakan-akan aktivitas pendidikan selalu terpisah, baik dengan aktivitas penelitian ataupun pengabdian, antara yang satu dengan yang lain tidak terintegrasi. Di samping itu, pendidikan masih dianggap sebagai prioritas daripada yang lain. Hal ini tidak sejalan dengan tuntutan untuk berpikir holistik, menyeluruh, dan serba hybrid pada era disrupsi yang melanda segala bidang.

Ke depan, implementasi Tridharma harus bersifat mix antara pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Ketiganya tidak selalu harus dipisahkan atau disekat-sekat. Ada kesadaran bahwa antara satu dengan yang lain memiliki irisan. Penerapan pembelajaran berbasis masalah yang hendak dikembangkan dapat menjadi contoh betapa proses pembelajaran idealnya berjalan beriringan dengan penelitian dan pengabdian. Mahasiswa belajar memecahkan masalah dan tantangan yang mengemuka di tengah masyarakat melalui penelitian. Dengan begitu, produk hasil penelitian bentuknya bisa apa saja yang berkontribusi dalam menyelesaikan masalah, misalnya berupa teknologi tepat guna, kebijakan, aktivitas pemberdayaan, atau yang lain. Dengan cara itu mahasiswa sejak dini didorong untuk meningkatkan relevansi sosial atas ilmu yang dipelajarinya.

Perlu disadari bahwa ketiga komponen Tridharma posisinya sama-sama penting. Proporsinya tidak perlu dikunci mana yang lebih besar dari yang lain secara top-down oleh manajemen universitas. Masing-masing, baik dosen maupun mahasiswa, bebas menentukan bidang mana yang hendak ditekuni secara mendalam karena masing-masing individu memiliki minat, ketertarikan, dan kapasitas yang berbeda untuk setiap komponen dan bidang. Untuk itu tidak perlu diseragamkan. Kalaulah kemudian masih ada ‘proporsi minimal’ di setiap komponen Tridharma, ada jaminan bahwa masing-masing memiliki keleluasaan untuk memutuskan komponen dan bidang yang hendak didalaminya. Dengan begitu setiap sivitas akademika dapat mengembangkan diri dan memberikan kontribusi secara lebih optimal. Strategi ini dikenal dengan istilah manajemen talenta yang akan dielaborasi pada 5.1.1.

Konten Tridharma juga harus relevan dan kontributif. Setidaknya ada dua acara yang dapat ditempuh, yaitu:

  1. Melakukan penyesuaian diri secara berkelanjutan terhadap situasi yang berubah. Adaptasi dapat diawali dari melakukan evaluasi secara rutin untuk memastikan bahwa kegiatan Tridharma relevan dengan situasi yang tengah berkembang kini dan ke depan. Di samping itu, adaptasi juga dapat diantisipasi lebih dini melalui pengembangan kajian-kajian yang berorientasi pada predicting and driving the unpredictable future. Hasil dari evaluasi dan kajian- kajian futuristik itulah yang kemudian dijadikan basis perencancaan dan penyusunan kebijakan.
  2. Membalik logika kerja:
    a. dari orientasi pada hal-hal yang sifatnya teknis-administratif ke orientasi pada hal-hal yang sifatnya substantif-produktif; dan
    b. dari orientasi pada proses ke orientasi pada outcome.
    Dengan demikian, aktivitas Tridharma harus dijalankan dengan logika kerja dari hilir ke hulu. Fokus pengerahan segenap sumber daya adalah pada pencapaian outcome berupa kontribusi sosial.

4.1.1 Pendidikan

Komitmen UGM dalam Pengembangan Pendidikan

Sesuai dengan mandate operasionalnya untuk selalu adaptif terhadap perubahan maka UGM berkomitmen untuk selalu memperbarui diri dan mengembangkan diri terhadap the emerging higher education. Untuk itu pendidikan akan senantiasa diselenggarakan secara fleksibel dan dinamis—tidak kaku dan rigid. UGM terbuka terhadap berbagai inovasi pembelajaran, baik dari sisi konten maupun proses penyampainnya, untuk menjaga relevansi dan daya saing, baik di level nasional, regional, maupun global.

Sesuai dengan mandat nasionalnya untuk memberikan kontribusi terhadap bangsa maka UGM berkomitmen untuk menekankan pembangunan karakter dalam menyelenggarakan pendidikan. Karakter yang dimaksud di sini meliputi karakter- karakter dasar yang khas Indonesia serta dibutuhkan untuk menjadi manusia unggul dan berdaya saing. Adapun karakter-karakter dasar yang khas Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila meliputi ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan keadilan sosial. Maksudnya, aktivitas pendidikan didedikasikan untuk mengembangkan karakter peserta didik yang kuat secara spiritual, humanis, nasionalis, demokrat, adil, dan inklusif. Di samping itu, guna meningkatkan daya saing peserta didik maka pendidikan juga didedikasikan untuk membangun karakter seorang pemelajar yang tangguh dalam dirinya, yang meliputi karakter manajemen diri, komunikasi, berpikir, riset, dan sosial. Jabaran selengkapnya tersaji pada gambar berikut ini.

Sesuai dengan mandat akademiknya untuk berkontribusi dalam dan melalui pengembangan ilmu maka UGM berkomitmen untuk menekankan pengembangan konten dan keterampilan dalam menyelenggarakan pendidikan. UGM akan memprioritaskan pengembangan the emerging contents and skills yang dibutuhkan untuk menjawab the emerging jobs and professions yang berubah sangat cepat dari waktu ke waktu. Untuk itu, ke depan evaluasi dan perubahan kurikulum serta metode pembelajaran akan dilakukan lebih cepat agar konten dan keterampilan yang dipelajari peserta didik bukanlah yang using, tetapi yang relevan, terkini, dan akan makin berkembang ke depan.

UGM berkomitmen akan terus mendukung pendidikan transformatif yang mempromosikan dan mengupayakan perubahan sosial. Sejalan dengan upaya tersebut UGM juga telah dan akan terus memperjuangkan spirit keadilan sosial, kesetaraan, keberagaman, dan keberlanjutan dalam menyelenggarakan segenap aktivitas pendidikan.

Konten Pendidikan

UGM ke depan akan mengutamakan pengembangan hybrid curriculum. Pemaknaan hybrid curriculum di sini lebih luas dari sekadar pencampuran metode pembelajaran analog atau konvensional yang berbasis kelas dengan metode digital. Hybrid curriculum yang dimaksudkan yaitu sebagai berikut:

  1. Kurikulum akademik yang sifatnya campuran antara pembangunan karakter, pengembangan keterampilan, dan penguasaan materi/konten;
  2. Kurikulum akademik yang sifatnya campuran dan integratif antara aktivitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian;
  3. Kurikulum akademik yang sifatnya campuran antara satu disiplin keilmuan dengan disiplin keilmuan yang lain. Pencampuran ini juga menegaskan peralihan cara berpikir universitas dari monodisipliner dan multidisipliner ke interdisipliner dan transdisipliner;
  4. Kurikulum akademik yang sifatnya campuran antara orientasi pengembangan ilmu dan orientasi penyelesaian masalah sosial;
  5. Kurikulum akademik yang memungkinkan keterlibatan multiaktor dalam proses pendidikan utamanya merupakan pencampuran antara akademisi dan praktisi; dan
  6. Maupun campuran-campuran yang lain.

Tujuan dari pengembangan hybrid curriculum ini adalah untuk mengembangkan cara berpikir yang holistik, menyeluruh, dan kompleks, apa pun disiplin studi yang ditekuni.

UGM ke depan akan terus mendukung pembelajaran transformatif yang mempromosikan dan mengupayakan perubahan sosial. Sejalan dengan upaya tersebut, UGM juga telah dan akan terus memperjuangkan spirit keadilan sosial, kesetaraan, keberagaman, dan keberlanjutan dalam menyelenggarakan segenap aktivitas pendidikan.

Proses Pendidikan

UGM ke depan akan mengembangkan model-model pembelajaran inovatif, termasuk yang sifatnya berbasis teknologi seperti student center learning, problem based learning, blended learning, flipped class, cohort learning, mirroring, mentoring, distance learning, creative learning, field learning, distance learning, MOOC, dll. Mengingat inovasi pembelajaran telah dan akan terus berkembang pesat maka yang disebutkan di sini hanyalah sebagai contoh. Hal ini dilakukan semata-mata untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan memacu daya saing UGM di tengah kompetisi, baik antaruniversitas maupun antara universitas dan “new education technology” seperti coursera, edx, brughtbyes, dll.

UGM ke depan akan mengembangkan tailor made education, di mana mahasiswa dapat meramu secara mandiri subjek yang akan dipelajari sesuai dengan minat, ketertarikan, dan kapasitas yang dimilikinya. Hal ini sekaligus menjadi cara atau bagian dari upaya pengembangan trandisiplin.

UGM ke depan tidak hanya serius mengembangkan aktivitas kurikuler, tetapi juga aktivitas kokurikuler dan ekstrakurikuler, dengan kesadaran bahwa ketiganya memiliki fungsi dan peran yang penting bagi pengembangan kapasitas mahasiswa.

UGM ke depan akan mengembangkan pendidikan melalui sinergi multiaktor. Di antara bentuknya yang beragam adalah: (1) Pembelajaran, melibatkan ahli/praktiksi lintas bidang untuk turut mengajar baik di kelas maupun di lapangan, (2) Kerja sama baik dengan dunia industri, pengembangan pendidikan melalui sinergi multiaktor, termasuk misalnya terkait pengembangan internship sebagai salah satu instrumen belajar utama; serta (3) Kelompok masyarakat sipil, pemerintah, dan lain-lain untuk penyelenggaraan internship sebagai salah satu instrumen belajar vital.

UGM ke depan akan terus memperluas akses pendidikan terhadap kelompok- kelompok rentan dan underrepresentation melalui kebijakan affirmative action dan pengembangan beasiswa. Komitmen ini merupakan bentuk dukungan dan keberpihakan UGM dalam upaya pemberdayaan kelompok-lempok rentan dan underrepresentation agar dapat makin mandiri dan berdaya saing.

4.1.2 Penelitian

Komitmen UGM dalam Pengembangan Penelitian

Sesuai dengan mandate operasionalnya untuk selalu adaptif terhadap perubahan maka UGM berkomitmen untuk selalu memperbarui diri dan mengembangkan diri terhadap the emerging research development. Untuk itu penelitian akan senantiasa diselenggarakan secara fleksibel dan dinamis—tidak kaku dan rigid. UGM terbuka terhadap trend perkembangan penelitian di level nasional, regional, dan global, baik dari sisi konten maupun metodenya.

Sesuai dengan mandat nasionalnya untuk memberikan kontribusi terhadap bangsa maka UGM berkomitmen mengembangan penelitian yang berorientasi penyelesaian masalah-masalah bangsa yang mengemuka dan masalah-masalah kemanusiaan secara umum. UGM akan memprioritaskan penanganan-penanganan yang sifatnya strategis, yakni yang penting, mendesak, dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Luaran yang dihasilkan bentuknya bisa sangat beragam, beberapa di antaranya adalah policy paper recommendation, produk inovasi, teknologi tepat guna, dll.

Sesuai dengan mandat akademiknya untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu maka UGM berkomitmen mengembangan penelitian yang berorientasi keilmuan, baik yang sifatnya pengembangan ilmu maupun penyebarluasan ilmu, dengan output misalnya sebagai berikut HAKI, paten, publikasi ilmiah (jurnal nasional terakreditasi, jurnal internasional bereputasi-terindex scopus, dan buku ajar), seminar, konferensi, dll.

UGM berkomitmen akan terus mendukung penelitian transformatif yang mempromosikan dan mengupayakan perubahan sosial. Sejalan dengan upaya tersebut, UGM juga telah dan akan terus memperjuangkan spirit keadilan sosial, kesetaraan, keberagaman, dan keberlanjutan dalam menyelenggarakan segenap aktivitas penelitian.

Proses Penelitian

UGM ke depan akan mengembangkan penelitian dengan logika kerja terbalik, yakni start from the end, terutama yang berorientasi penyelesaian masalah. Jika selama ini aktivitas penelitian dilakukan dengan alur dari hulu ke hilir maka kini dan ke depan alurnya harus dari hilir ke hulu agar setiap penelitian makin relevan karena jelas pemanfaatannya. Problem hilirisasi produk penelitian tidak lagi muncul karena setiap penelitian justru dimulai dari hilir. Setiap penelitian yang dikembangkan harus jelas permasalahan apa yang hendak diatasi, siapa penerima manfaatnya, siapa penyandang dananya, dll.

UGM ke depan akan mengembangkan penelitian dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi terkini dan yang akan berkembang ke depan. Penerapan teknologi yang dimaksud misalnya the internet of things (IoT), cloud computing, mobile technology, big data analytic, machine learning, artificial intelligence, gaming, robots, drones, virtual reality, augmented reality, dan 3d printing.

UGM ke depan akan mengembangkan penelitian melalui sinergi multiaktor, baik dari dalam maupun luar negeri; lintas bidang dan sektor; dari hilir hingga hulu penelitian. Sinergi multiaktor membawa berbagai manfaat, di antaranya memperluas akses terhadap sumber daya termasuk pendanaan, memperbesar peluang kerja sama dan kolaborasi, memperkaya perspektif dan wawasan, memperluas jangkauan penerima manfaat, dan meningkatkan reputasi.

Konten Penelitian

UGM ke depan akan mengembangan penelitian transdisiplin, baik transdisiplin dalam artian subjek, tema, maupun utamanya pendekatan. Secara umum, penelitian trandisiplin adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang bekerja bersama untuk menciptakan inovasi metodologis, konseptual, teoretis, ataupun translasi baru yang mengintegrasikan dan bergerak di luar pendekatan disiplin tertentu untuk mengatasi masalah bersama, baik masalah keilmuan maupun masalah sosial. Contohnya penelitian trandisiplin terkait pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

UGM ke depan akan mengembangkan penelitian-penelitian yang bersifat new frontier, cutting edge, future science, dan breakthrough untuk mendorong lompatan kemajuan bangsa Indonesia, baik dalam memanfaatkan bonus demografi dalam upayanya keluar dari middle income trap maupun dalam mewujudkan visi Indonesia 2045. Penelitian-penelitian inovatif ini juga akan meningkatkan daya saing UGM, khususnya di level regional dan global.

UGM ke depan juga akan mengembangkan penelitian-penelitian yang berbasis kekayaan yang dimiliki Indonesia, baik kekayaan keanekaragaman hayati maupun kekayaan sosial-budaya. Hal ini sejalan dengan konsep UGM mengakar kuat. Agenda penelitian berbasis kekayaan lokal ini akan dijabarkan menjadi sejumlah penelitian unggulan, misalnya mencakup 1) keragaman fisik, wilayah, dan lahan, 2) hayati, 3) etnis, 4) sosial dan budaya, serta 5) spiritual. Kategori penelitian unggulan tersebut sifatnya dinamis yang dapat diubah dan diperbarui sesuai perkembangan konteks.

4.1.3 Pengabdian

Komitmen UGM dalam Pengembangan Pengabdian

Komitmen UGM dalam pengembangan pengabdian merujuk pada tiga mandat yang diembannya, yaitu:

  1. Sesuai dengan mandat operasionalnya untuk selalu adaptif terhadap perubahan maka UGM berkomitmen untuk selalu memperbarui diri (u dan mengembangkan diri (upgrade) terhadap the emerging sociopreneur. Untuk itu, pengabdian akan senantiasa diselenggarakan secara fleksibel dan dinamis— tidak kaku dan rigid. UGM terbuka terhadap trend perkembangan pengabdian sosial yang berkembang di dunia.
  2. Sesuai dengan mandat nasional dan akademik maka UGM berkomitmen untuk terus memosisikan pengabdian sebagai salah satu muara utama dari aktivitas pendidikan dan penelitian. Di sisi lain aktivitas pengabdian yang dilakukan juga menginspirasi dan mendukung aktivitas pendidikan dan penelitian. Dengan demikian, sifatnya siklis dan integratif.

UGM juga berkomitmen akan terus mendukung pengabdian transformatif yang mempromosikan dan mengupayakan perubahan sosial. Sejalan dengan upaya tersebut UGM juga telah dan akan terus memperjuangkan spirit keadilan sosial, kesetaraan, keberagaman, dan keberlanjutan dalam menyelenggarakan segenap aktivitas pengabdian.

Konten Pengabdian

UGM akan mengembangkan pengabdian dengan konsep sociopreneur. Maksudnya yaitu pengabdian yang memadukan orientasi penyelesaian masalah sosial dengan pengembangan kewirausahaan.

Proses Pengabdian

UGM akan mengembangkan kerja-kerja pengabdian yang start from the end, yakni dari hilir ke hulu. Aktivitas dirumuskan berdasarkan outcome yang berangkat, baik dari masalah yang mengemuka ataupun permintaan dari beneficiaries sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian, setiap aktivitas yang dijalankan tepat guna dan sasaran.

UGM akan mengembangkan kerja-kerja pengabdian dengan senantiasa update dan upgrade terhadap konsep-konsep innovative sociopreneur terkini, maksudnya aktivitas pengabdian dilakukan dengan cara-cara baru, kreatif, dan dengan spirit kewirausahaan yang dipadukan dengan spirit kontribusi sosial. Cara-cara baru yang dimaksud termasuk dengan pemanfaatan perkembangan teknologi terkini, seperti the internet of things (IoT), cloud computing, mobile technology, big data analytic, machine learning, artificial intelligence, gaming, robots, drones, virtual reality, augmented reality, dan 3d printing. Dengan begitu, kerja-kerja pengabdian ke depan tidak hanya dilakukan secara langsung, tetapi juga secara digital atau virtual.

Pengembangan sinergi pengabdian multiaktor, baik dari dalam maupun luar negeri; lintas bidang dan sektor; dari hilir hingga hulu pengabdian. Fungsi utama yang dimainkan adalah sebagai jembatan atau fasilitator interaksi antaraktor dalam menangani suatu permasalahan yang mengemuka.

4.2 Strategi Pengembangan Ekosistem Pendukung

4.2.1 Tata Kelola

4.2.1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)

Komitmen UGM dalam pengembangan SDM

UGM berkomitmen mengembangkan SDM yang andal, produktif, dan berdaya saing. Hal itu dapat diwujudkan melalui mengembangkan karakter pemelajar yang selalu tergerak untuk mengembangkan diri pada setiap SDM.

UGM berkomitmen mengembangkan SDM yang mendukung pelaksanaan mandat UGM secara berkesinambungan. Selain hebat secara individual, SDM juga harus hebat dalam berkolaborasi sebagai satu tim dalam menjalankan visi bersama institusi.

Pokok-pokok kebijakan

  1. Pengembangan SDM dilakukan secara berkesinambungan melalui rangkaian kegiatan yang terpadu, mulai dari perencanaan, pengadaan, pengembangan, evaluasi, hingga terminasi.
  2. Pengembangan SDM ke depan diintegrasi dan dikoordinasi di level universitas untuk memastikan pengembangan SDM di level fakultas dan jurusan sinkron, selaras, saling menunjang, dan tidak tumpang-tindih antara satu dengan yang lain. Integrasi pengembangan SDM di level universitas juga memastikan redistribusi atau realokasi SDM bisa berlangsung secara efisien dan efektif.
  3. Pengembangan SDM dengan konsep manajemen talenta. Manajemen talenta dikembangkan dengan asumsi dasar bahwa setiap orang memiliki talenta yang unik dan berbeda dan jika dikembangkan dengan cara tepat, hasilnya akan optimal, baik secara individu maupun tim. Perlakuan terhadap SDM bersifat unik dan tidak seragam.
  4. Pengembangan SDM yang fleksibel dan dinamis yang memungkinkan keleluasaan job mobility, baik vertikal, horizontal, maupun diagonal (misalnya bentuk rotasi, mutasi, promosi, dll). Ke depan, SDM juga diupayakan untuk leluasa keluar dan masuk universitas, sesuai kebutuhan real time.
  5. Pengembangan sistem merit yang mengedepankan aspek kompetensi, kualifikasi, prestasi kerja/kinerja, akuntabilitas, transparansi, keterbukaan, dan keadilan. Dengan mengedepankan aspek-aspek tersebut, sumber daya manusia diharapkan bisa lebih optimal diberdayakan.

4.2.1.2 Organisasi

Komitmen UGM dalam pengembangan organisasi

UGM berkomitmen menciptakan tata kelola organisasi yang fleksibel, dinamis, adaptif, lincah, akuntabel, transparan, efisien, dan efektif.

Pokok-pokok kebijakan

  1. Pengembangan hybrid management, yakni manajemen yang sifatnya campuran, baik SDM-nya (lintas bidang; melibatkan internal dan eksternal; lintas identitas; dll), modelnya (memadukan model manajemen pendidikan tinggi, manajemen pemerintah, manajemen bisnis, manajemen industri, dll), metodenya (memadukan metode analog dan digital), dan pencampuran- pencampuran lain yang relevan dalam merespons perubahan. Jadi, sifatnya eklektik.
  2. Penataan kelembagaan dalam rangka sinkronisasi untuk memastikan tidak terjadi tumpang-tindih fungsi dan penyederhanaan agar lembaga bergerak cepat, lincah, dan cekatan.
  3. Penerapan deregulasi untuk membuat alur kerja menjadi sederhana, cepat, dan tanggap dalam merespons perubahan.
  4. Penerapan digital based bureaucracy dengan tujuan peningkatan kualitas pembuatan kebijakan (cepat dan tepat) serta penyelenggaraan pelayanan (cepat, mudah, transparan, dan akuntabel).
  5. Update dan upgrade standar manejemen dan pemjaminan mutu [International Organization Standardization (ISO)]. Hal ini penting untuk menjaga kualitas tata kelola organisasi dan membangun reputasi.
  6. Pengembangan appraisal system yang sesuai dengan kebutuhanan terkini, misalnya dengan melakukan pembaruan key performance indicator (KPI) dari yang cenderung process oriented menjadi outcome oriented, dengan maksud agar selaras dengan tujuan besar yang hendak dicapai. Tujuan utama dari pengembangan appraisal system adalah memastikan bahwa segenap komponen tata kelola organisasi berjalan tepat fungsi dan tepat guna.
  7. Pengembangan manajemen risiko agar dapat memitigasi, mengantisipasi, dan mengelola risiko secara baik.

4.2.1.3 Infrastruktur

Komitmen UGM dalam pengembangan infrastruktur

UGM berkomitmen memenuhi kebutuhan infratsruktur yang tepat guna, cerdas, sehat, nyaman, aman, dan berkelanjutan, yang dapat menunjang aktivitas seluruh sivitas akademik UGM secara kondusif dan produktif.

Pokok-pokok kebijakan

  1. Perluasan dan          perbaikan              akses,    baik         mencakup            aspek     kecepatan, kemudahan, maupun keterjangkauan.
  2. Pengembangan infrastrtuktur yang cerdas dengan memanfaatkan teknologi terkini dan tepat guna.
  3. Pengembangan infrastruktur yang aman, nyaman, dan estetik.
  4. Pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan.
  5. Pengembangan infrastruktur yang meningkatkan konektivitas. Konsep pengembangan transportasi di lingkungan kampus UGM adalah transportasi berkelanjutan berbasis moda transportasi berwawasan lingkungan untuk mendukung kehidupan kampus yang nyaman, sehat, dan produktif. Penataan transportasi memerhatikan prinsip-prinsip prioritas moda, prioritas layanan, pembatasan kendaraan bermotor, serta interkoneksi.
  6. Pengembangan infrastruktur berbasis zonasi. Secara umum, zonasi terbagi menjadi tiga, yakni zona pusat universitas, zona akademik, dan zona fasilitasi universitas, yang merupakan tindak lanjut dari Masterplan Kampus Tahun 1985 dan Rencana Induk Pengembangan Kampus (RIPK) 2005—2015. Regulasi zona diperlukan sebagai pengendali pelaksanaan pembangunan agar rencana tata ruang dan wilayah dapat diimplementasikan secara tepat.
  7. Pengembangan infrastruktur juga berbasis lanskap dan vegetasi. Lanskap di dalam kawasan kampus dikembangkan dan dikelola terintegrasi dengan aspek pengembangan infrastruktur fisik dan lingkungan lainnya sehingga menambah estetika dan kenyamanan lingkungan kampus.

Pengembangan infrastruktur saran dan parasarana dilaksanakan secara terpadu. Sistem sarana dan prasarana mencakup jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase dan sumur resapan, jaringan persampahan, jaringan listrik, jaringan telepon, sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi. Seluruhnya dilakukan secara terpadu di bawah kendali universitas. Orientasi penyelenggaraan sarana dan prasarana kampus dioptimalkan dengan memerhatikan kualitas dan ketercukupan layanan pada masa depan serta faktor pemeliharaan berkelanjutan. Rencana pengembangan sistem sarana dan prasarana kampus diatur lebih lanjut dalam bentuk rencana induk masing-masing bidang melalui Peraturan Rektor.

4.2.1.4 Keuangan

Komitmen UGM dalam pengembangan keuangan

UGM berkomitmen mempertahankan keberlanjutan, kecukupan pemenuhan kebutuhan, dan kemandirian keuangan dengan peningkatan efisiensi pengelolaan sumber daya. Komitmen UGM tersebut diupayakan melalui peningkatan surplus operasional untuk investasi di infrastruktur, peningkatan investasi untuk menghasilkan pendapatan berkesinambungan, dan peningkatan dana abadi dari sumber-sumber internal dan eksternal, yang berbasis proses manajemen risiko yang kuat.

Pokok-pokok kebijakan

  1. Pengembangan pengelolaan keuangan yang komprehensif dan terintegrasi.
  2. Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja strategis universitas.
  3. Layanan keuangan berbasis daring (teknologi digital) demi terciptanya layanan yang transparan, akuntabel, efektif, dan efisien.
  4. Pelaporan yang akuntabel, andal, dan revelan untuk pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan.
  5. Pengembangan manajemen risiko keuangan agar dapat memitigasi, mengantisipasi, dan mengantisipasi atau mengelola risiko keuangan secara baik.

4.2.1.5 Teknologi

Komitmen UGM dalam pengembangan teknologi pendukung

UGM berkomitmen untuk senantiasa melakukan update dan upgrade pemanfaatan teknologi (termasuk TIK) sebagai pendukung penyelenggaraan universitas. Update dan upgrade teknologi ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan kegiatan operasional; menyediakan layanan prima yang cepat, tepat, sederhana, mudah, murah, transparan, dan akuntabel; menyediakan informasi yang andal dan tepat waktu; mendorong pengembangan inovasi; serta menciptakan kenyamanan beraktivitas yang memudahkan dan mempercepat aktivitas.

Pokok-pokok kebijakan

  1. Pengembangan UGM sebagai smart digital campus. Elaborasi lebih lanjut pengembangan smart digital campus tertuang dalam Cetak Biru Sistem Teknologi Informasi (STI) UGM.
  2. Melakukan update dan upgrade (produk) teknologi pendukung secara berkelanjutan.
  3. Melakukan perawatan teknologi pendukung.
  4. Menyelenggarakan pelatihan peningkatan keterampilan pemanfaatan teknologi secara intensif dan berkelanjutan, yang ditujukan kepada unit-unit pelaksana tugas terkait dan sivitas akademika secara umum.

4.2.1.6 Kerja Sama Multiaktor dan Pengembangan Usaha (Multiple Helix)

Komitmen UGM dalam pengembangan kerja sama multiaktor dan pengembangan usaha (multiple helix)

UGM berkomitmen untuk meningkatkan kuantitas, kualitas, dan cakupan wilayah pengembangan kerja sama multiaktor yang kompleks dan pengembangan usaha. Peran UGM utamanya adalah sebagai konektor. Untuk itu ekosistem organisasi UGM harus “ramah mitra”, yakni terbuka, fleksibel, dan dinamis. Dengan cara itu, kuantitas, cakupan, dan kualitas jejaring UGM bisa meningkat, termasuk yang paling vital dengan dunia industri. Komitmen tersebut dibangun dengan tujuan mendukung penyelenggaraan universitas, baik kaitannya dengan Tridharma maupun tata kelola. Selain itu, pengembangan multiple helix juga akan memperkuat reputasi di tingkat nasional, regional, dan global.

Pokok-pokok kebijakan

  1. Pengembangan sinergi multiaktor, baik di dalam maupun luar negeri, di berbagai bidang. Aktor-aktor yang disasar misalnya entitas pemerintah, entitas bisnis, entitas masyarakat, entitas media, dan entitas suprastate.
  2. Penguatan kerja sama strategis dengan dunia industri, baik dalam implementasi Tridharma maupun terkait tata kelola kelembagaan, misalnya pengembangan pembelajaran berorientasi industri, program pemagangan terstruktur, pengembangan kurikulum kolaboratif, pengembangan research center kolaboratif, dsb.
  3. Perluasan jejaring dan pengembangan sinergi dengan alumni secara berkelanjutan. Alumni adalah salah satu pemangku kepentingan universitas terpenting karena memiliki banyak peran. Salah satu peran utamanya adalah sebagai jembatan antara universitas dan berbagai mitra strategis.
  4. Pengembangan usaha yang dapat meningkatkan ketercukupan, keberlanjutan, dan kemandirian finansial universitas.
  5. Penggunaan teknologi terkini, baik dalam pengembangan sinergi maupun pengembangan usaha, misalnya digital network, ebusiness, dsb.

4.2.2 Atmosfer Kampus

Komitmen UGM dalam pengembangan atmosfer kampus

UGM berkomitmen untuk menciptakan atmosfer akademik yang kondusif dan produktif bagi seluruh sivitas akademika. Atmosfer yang kondusif dan produktif diterjemahkan menjadi lingkungan yang inklusif, ramah lingkungan, sehat, nyaman, aman, dan mendukung pengembangan kapasitas.

Pokok-pokok kebijakan

  1. Pengembangan UGM sebagai kampus inklusif membawa konsekuensi pembangunan atmosfer kampus yang juga inklusif. Atmosfer kampus yang inklusif yakni yang mendukung spirit antidiskriminasi, baik berbasis ras, suku, etnis, jenis kelamin, status perkawinan, disabilitas, usia, agama, latar belakang sosial, afiliasi politik, kelompok minoritas, maupun kelompok rentan. Atmosfer inklusif ini dapat diwujudkan melalui kebijakan terkait inklusivitas, kebijakan yang sensitif-inklusivisme, pembangunan infrstruktur yang inklusif, dsb.
  2. Pengembangan UGM sebagai kampus ramah lingkungan yang hijau dan minim emisi karbon (blue campus). Realisasi konsep tersebut didukung oleh aneka program, seperti zero-waste, recycle, reuse, penggunaan renewable energy, serta pembiasaan perilaku ramah lingkungan. UGM ke depan harus memainkan diri sebagai model dan rujukan dalam penerapan blue campus.
  3. Pengembangan UGM sebagai kampus sehat, nyaman, dan aman. Pewujudan kampus sehat tersebut sejalan dengan komitmen UGM dalam menerapkan konsep “Lingkungan Aman, Sehat, dan Ramah Lingkungan” serta konsep “Kampus yang Mempromosikan Kesehatan”. Terciptanya kampus yang sehat secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan produktivitas sivitas akademika.
  4. Pengembangan asrama sebagai salah satu komponen akademik penting dalam mencetak mahasiswa yang unggul dan berdaya saing. Hal ini terinspirasi dari pengalaman sejumlah kampus terkemuka dunia yang menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis asrama. Asrama tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi utamanya sebagai tepat pendidikan luar kelas yang produktif. Pendidikan di fakultas dan di asrama harus terintegrasi. Pola pengembangan antara asrama yang satu dengan asrama yang lain tidak harus seragam. Program masing-masing asrama bisa berbeda sehingga mahasiswa dapat memilih sesuai dengan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya. Asrama di sisi lain juga berfungsi sebagai arena meleburnya berbagai identitas mahasiswa yang beragam. Inilah yang dimaksud dengan “Asrama Kebangsaan”, di mana toleransi dan nilai-nilai ke-Indonesiaan dikembangkan.
  5. Pengembangan zona UGM dan sekitarnya sebagai zona pendidikan mahasiswa yang menumbuhkan kreativitas dan inovasi, termasuk ruang terbuka publik, asrama, rumah ibadah, serta dusun-dusun sekitar yang menjadi lokasi tinggal dan pergaulan sebagian besar mahasiswa. UGM harus menjaga kedua zona tersebut agar tetap aman, kondusif, dan produktif bagi sivitas akademika, termasuk misalnya menjaga dari paparan radikalisme, peredaran narkoba, dan hal-hal kontraproduktif lain. Dengan cara ini, UGM akan menjadi magnet juga bagi talenta-talenta hebat dari luar UGM untuk mengembangkan kapasitas yang dimilikinya.